Picture of Dedy Chandra Hariyono
CASE REPORT MENINGIOMA FALX CEREBRI
by Dedy Chandra Hariyono - Thursday, 14 April 2022, 08:42 PM
 

CASE REPORT

MENINGIOMA FALX CEREBRI

Disusun oleh:

Dedy Chandra Hariyono

S562008002

Pembimbing:

Ferry Wijanarko, dr., Sp.BS

NIP. 197302232002121001

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RSUD DR. MOEWARDI

2020


LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT

MENINGIOMA FALX CEREBRI

Oleh:

Dedy Chandra Hariyono

S562008002

Telah disahkan pada tanggal November 2020

Pembimbing:

Ferry Wijanarko, dr., Sp.BS

NIP. 197302232002121001

BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Meningioma atau yang dikenal sebagai tumor meningeal adalah suatu penyakit dengan pertumbuhan sel kaput arachnoidal pada penutup meningeal yang berlebihan dan tidak terkontrol. Umumnya, pertumbuhan tumor intracranial ini bersifat lambat dan ditemukan jinak. Meskipun sebagian besar meningioma jinak, tumor ini dapat tumbuh hingga menjadi sangat besar. Beberapa meningioma ditemukan lebih agresif jika diabaikan dapat sangat melumpuhkan dan mengancam jiwa (Perry, 2010)

Namun, meskipun banyak informasi tersedia mengenai meningioma, sedikit yang diketahui tentang meningioma falx cerebri. Meningioma falx cerebri berasal dari falx cerebri dan seluruhnya terselubung oleh korteks atasnya. Falx cerebri adalah lapisan otak yang terbesar dari empat lipatan utama (atau septa) dura mater intracranial yang berfungsi sebagai pemisah hemisphere cerebral. Dua puluh lima persen meningioma ditemukan pada falx cerebri (Chung, 2007).

Sulit untuk mendiagnosis meningioma karena beberapa alasan. Sebagian besar meningioma adalah tumor yang tumbuh lambat dan terutama menyerang orang dewasa, gejalanya mungkin tidak begitu dirasakan sehingga pasien dan / atau dokter mungkin menghubungkannya dengan tanda penuaan yang normal. Selain itu, beberapa gejala yang berhubungan dengan meningioma juga bisa disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Misdiagnosis tidak jarang terjadi dan, faktanya, membutuhkan beberapa tahun untuk mendiagnosis dengan benar (Joung, 2008).

Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi, ukuran, dan derajat tumor itu sendiri. Tatalaksana definitf pada meningioma adalah pembedahan. Hasil dari pembedahan dapat bersifat total dan permanen apabila tumor ditemukan dangkal pada permukaan dural dan mudah diakses. Meskipun tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat tumor, prioritas pertama adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi neurologis pasien. Prognosa meningioma umumnya baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Degenerasi keganasan tampak bila ada invasi dan kerusakan tulang, tumor, tumor tidak berkapsul dan invasi pada jaringan otak (Joung, 2008).

Data dari Central Brain Tumor Registry of the United States Statistics Report menunjukkan tingkat kelangsungan hidup sepuluh tahun secara keseluruhan untuk meningioma non-maligna sebesar 84%. Individu dengan meningioma ganas memiliki tingkat kelangsungan hidup sepuluh tahun secara keseluruhan sebesar 62%. Meningioma non-maligna pada tulang belakang memberikan kelangsungan hidup sepuluh tahun yang lebih baik (96%) dibandingkan meningioma non-maligna dari meninges serebral (83%) (Achey, 2019).

TINJAUAN PUSTAKA

MENINGIOMA FALX CEREBRI

A. DEFINISI

Meningioma atau yang dikenal sebagai tumor meningeal adalah suatu penyakit dengan pertumbuhan sel kaput arachnoidal pada penutup meningeal yang berlebihan dan tidak terkontrol. Umumnya, pertumbuhan tumor intracranial ini bersifat lambat dan ditemukan jinak. Meskipun sebagian besar meningioma jinak, tumor ini dapat tumbuh hingga menjadi sangat besar. Beberapa meningioma ditemukan lebih agresif jika diabaikan dapat sangat melumpuhkan dan mengancam jiwa. Sebagian besar meningioma ditemukan tunggal; namun, beberapa kasus ditemukan multipel tumbuh secara bersamaan di otak atau sumsum tulang belakang (Perry, 2010).

Kasus pertama meningioma dilaporkan oleh Felix Plater pada tahun 1614. Felix Plater melakukan otopsi pada pasien yang meninggal dengan gejala mirip orang sakit jiwa. Semasa hidup, pasiennya melakukan hal-hal yang irrasional, juga kehilangan nafsu makan. Felix menemukan tumor bulat sebesar apel dengan lapisan yang menyelubunginya. Felix melaporkan kasusnya yang hingga kini dikenal sebagai meningioma (Joung, 2008).

Meningioma falx cerebri berasal dari falx cerebri dan seluruhnya tersembunyi oleh korteks atasnya. Falx cerebri (jamak: falxes / falces cerebrorum) adalah lapisan otak yang terbesar dari empat lipatan utama (atau septa) dura mater intracranial yang berfungsi sebagai pemisah hemisphere cerebral. Umumnya, meningioma falx cerebri tumbuh secara dominan pada salah satu hemisphere cerebri, namun juga dapat ditemukan bilateral. Pada beberapa pasien tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagittal (Chung, 2007).

Insidensi kasus meningioma dapat mencapai 34%. Meningioma dapat terjadi pada segala usia, umumnya onset kejadian pada pasien paruh baya berusia 50 tahun ke atas. Prevalensi kasus dominan pada wanita, dengan rasio wanita: pria kira-kira 2: 1. Meskipun ketika muncul pada pria, tumor cenderung bersifat lebih ganas (Starr, 2017).

B. ETIOLOGI

Penyebab kejadian meningioma belum dipahami sepenuhnya. Faktor genetic dalam keluarga tidak dapat menjadi acuan penyebab meningioma. Beberapa kasus terjadi sporadic secara acak, sementara beberapa ditemukan pada satu keluarga. Risiko meningioma meningkat seiring bertambahnya usia, terkhususnya setelah usia 65 tahun. Anak-anak berusia 0-14 tahun memiliki risiko terendah. Paparan radiasi, terutama dosis tinggi, telah dikaitkan dengan insiden tumor intrakranial yang lebih tinggi, terutama meningioma. Ada juga bukti yang menunjukkan hubungan antara meningioma dan radiasi dosis rendah. Sinar rontgen gigi adalah bentuk paparan radiasi yang paling umum. Sejumlah penelitian telah mengaitkan jumlah radiografi gigi mulut memiliki risiko meningioma. Kerap pula obesitas dihubungkan dengan kejadian meningioma (Niedermair, 2015)

Gangguan genetik Neurofibromatosis tipe 2 (NF2) diyakini sebagai faktor risiko meningioma sebesar 50%. Pasien dengan NF2 juga lebih mungkin untuk menderita meningioma multiple. Menurut Brain Science Foundation, sejumlah penelitian menunjukkan korelasi antara meningioma dan hormon, seperti berikut ini (Muskens, 2019) :

1. Peningkatan kejadian meningioma pada wanita pasca pubertas dibandingkan dengan pria.

2. Rasio insiden wanita yang lebih tinggi selama tahun-tahun reproduksi

3. Deteksi reseptor estrogen, progesteron, dan androgen pada sejumlah besar meningioma.

4. Hubungan antara kanker payudara dan meningioma.